RSPO Serukan Peningkatan Inklusi Petani Kecil dan Adopsi Teknologi yang Lebih Luas
Mulai dari pembiayaan petani kecil, regenerasi ekosistem hingga inovasi rantai pasok, konferensi tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) membahas solusi yang dapat ditingkatkan untuk mempercepat transformasi berkelanjutan industri kelapa sawit.
KUALA LUMPUR, Malaysia, 10 November 2025 /PRNewswire/ -- Konferensi Tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RT2025) yang diselenggarakan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mempertemukan para pemangku kepentingan global untuk menyerukan perlunya peningkatan adopsi teknologi dan alat ilmiah yang sudah tersedia guna memperkuat kualitas, produktivitas, dan keberlanjutan sektor kelapa sawit. Para ahli membahas bagaimana pemanfaatan data yang lebih cerdas, digitalisasi, dan proses due diligence dapat membuka potensi industri, mendorong keadilan bagi petani kecil, serta memperkuat ketahanan perdagangan di tengah dinamika regulasi dan geopolitik global.
Dalam sesi wawancara moderasi bersama Professor Simon S.C. Tay, Chairman Singapore Institute of International Affairs (SIIA), Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, H.E. Arif Havas Oegroseno, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara isu lingkungan, keadilan sosial, dan pembangunan ekonomi dalam menghadapi tantangan ekspektasi keberlanjutan unilateral ditengah lanskap global yang dinamis. "Meskipun dunia terbentuk oleh kawasan, blok perdagangan, dan batas-batas negara, keberlanjutan itu bersifat universal, begitu juga standarnya. Keberlanjutan akan semakin kuat ketika semua pihak disertakan."
Dalam pidato kuncinya, Dr. Ravigadevi Sambanthamurthi, Ketua Bidang Sains Biologi, Pertanian, dan Lingkungan, Academy of Sciences Malaysia, menyoroti peran solusi ilmiah dalam mendorong sektor kelapa sawit berkelanjutan. "Sains telah menghadirkan berbagai terobosan dari pengujian DNA untuk kualitas benih hingga pemanfaatan biomassa dalam ekonomi sirkular. Tantangan terbesar kita bukan lagi inovasi, tetapi implementasi". Sebagai seorang Fellow of the Royal Society, ia menyerukan komitmen terpadu di seluruh industri, dengan menyatakan bahwa teknologi tanpa penerapan telah menyebabkan sektor kelapa sawit di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia kehilangan potensi produktivitas masing-masing hingga USD 6 miliar dan USD 1 miliar setiap tahun, sekaligus meningkatkan kerentanan petani kecil.
Sorotan: Petani Kecil
Inklusi petani kecil menjadi fokus utama dialog selama tiga hari. Meskipun mencakup sekitar 40% dari total luas perkebunan kelapa sawit, petani kecil masih terpinggirkan dari akses pasar nasional, regional, dan global. Mereka menghadapi tantangan yang semakin kompleks, termasuk penurunan permintaan kredit petani kecil, pengurangan anggaran pemerintah untuk pendanaan pembangunan, serta terganggunya hubungan perdagangan akibat perubahan kebijakan tarif.
"Petani kecil telah bekerja keras untuk menunjukkan bahwa mereka mampu berproduksi secara berkelanjutan, membuktikan komitmen mereka melalui upaya memperoleh Sertifikasi RSPO," ujar Joseph D'Cruz, CEO RSPO. "Namun, mereka kini menanggung beban yang semakin berat seiring berkurangnya dukungan. Inklusi mereka dalam rantai pasok minyak sawit berkelanjutan adalah hal yang sangat penting untuk mentransformasi sektor ini."
Sebuah suara kolektif dari para pelaku perkebunan besar hingga pelaku hilir, LSM sosial dan lingkungan, lembaga penjaminan, serta lembaga keuangan menyerukan insentif pasar yang lebih beragam bagi Petani Kecil Independen Bersertifikat RSPO (ISH) agar dapat mengakses pasar fisik. Diskusi menyoroti solusi praktis seperti premi harga, akses pembiayaan, skema berbagi risiko, dan kontrak jangka panjang sebagai jalur potensial untuk mendukung inklusi petani kecil dalam skala yang lebih luas.
Berbicara atas nama para petani kecil dalam Upacara Pembukaan, Pedro Seijas Cárdenas, Manajer Kelompok petani kecil Peru, Asociación de Productores Monte Alegre de Neshuya (APROMAN), menegaskan "Setiap kredit yang terjual, setiap hektare yang tersertifikasi, dan setiap komunitas yang diperkuat adalah pengingat bahwa minyak sawit berkelanjutan tidak dibangun di ruang rapat, melainkan di tanah, di bawah matahari, di tangan mereka yang menanam harapan."
Pada tahun 2024 saja, 284.188 Kredit Petani Kecil Independen senilai US$6,5 juta telah dibeli untuk memberikan manfaat langsung kepada 116 kelompok Petani Kecil Independen Bersertifikat RSPO.
Untuk semakin memperkuat komitmen tersebut, Nota Kesepahaman (MoU) telah ditandatangani antara National Association of Smallholders (NASH) Malaysia, Asia School of Business (ASB), dan RSPO untuk mendukung pengembangan kapasitas petani kecil serta akses ke pasar berkelanjutan internasional.
Pertumbuhan Sertifikasi, Konservasi, dan Dampak Berbasis Bukti
Dalam satu tahun terakhir, sertifikasi RSPO telah berkembang ke São Tomé and Príncipe dan Sri Lanka, sehingga total luas perkebunan kelapa sawit bersertifikasi mencapai 5,1 juta hektar di 24 negara. Sebanyak 425.597 hektare kini dikonservasi di bawah Sertifikasi RSPO — luas ini 17 kali lebih besar dari Kuala Lumpur, dan 29.469 hektare kawasan riparian juga telah dialokasikan untuk perlindungan.
D'Cruz menyampaikan, "Meskipun sertifikasi merupakan pencapaian penting, itu hanyalah bagian dari perjalanan keberlanjutan. Dunia kini bergerak melampaui pengukuran dampak berdasarkan sertifikat dan luas hektar tersertifikasi. Kita juga harus menunjukkan keberhasilan melalui komunitas yang tangguh, hutan yang terlindungi, dan petani yang berdaya. Kita sedang bergeser dari 'ekonomi lencana' menuju dunia yang mengutamakan hasil yang terukur dan dampak berbasis bukti."
Pendekatan ini dicontohkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Nanjing Hongshan Forest Zoo dan RSPO, yang bertujuan untuk mendorong konservasi keanekaragaman hayati serta meningkatkan kesadaran akan minyak sawit berkelanjutan di Tiongkok.
Sebagai bagian dari komitmen RSPO terhadap dialog yang inklusif, RT2025 juga menyoroti peran generasi muda dalam mendorong inovasi melalui YOUth @RT2025, sebuah segmen baru yang mempertemukan lebih dari 20 delegasi muda untuk terhubung, belajar, dan memimpin percakapan mengenai masa depan keberlanjutan.
RT2025 juga memberikan penghargaan kepada para anggota yang karyanya menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan. RSPO Excellence Awards memberikan apresiasi atas kontribusi luar biasa dalam lima kategori: PT Dharma Satya Nusantara untuk Conservation Leadership; Perkumpulan Petani Mitra Harapan untuk Smallholder Award; Lestari Capital untuk Innovation; Wild Asia Group Scheme untuk Communicating for Good; dan AAA Oils & Fats untuk Shared Responsibility.
Tentang RSPO:
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah kemitraan global untuk menjadikan minyak kelapa sawit berkelanjutan. Dibentuk pada tahun 2004, RSPO adalah organisasi nirlaba yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yang menyatukan para anggotanya dari seluruh rantai nilai minyak kelapa sawit, termasuk produsen minyak kelapa sawit, pemroses dan pedagang minyak kelapa sawit, produsen barang konsumen, pengecer, bank dan investor, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelestarian lingkungan hidup atau pelestarian alam, dan LSM sosial maupun LSM pembangunan.
Sebagai kemitraan untuk menghasilkan kemajuan dan dampak positif, RSPO mendukung perubahan global untuk membuat produksi dan konsumsi minyak kelapa sawit menjadi berkelanjutan. Untuk menginspirasi perubahan, kami menyampaikan manfaat bagi lingkungan dan sosial. Untuk mencapai kemajuan, kami memulai kerja sama. Untuk memberikan jaminan, kami menetapkan standar sertifikasi.
RSPO terdaftar sebagai asosiasi internasional di Zurich, Swiss, dan memiliki kantor pusat di Malaysia dan Indonesia, serta kantor cabang di Tiongkok, Kolombia, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat.
Foto - https://mma.prnewswire.com/media/2817691/Roundtable_On_Sustainable_Palm_Oil_CEO.jpg
Logo - https://mma.prnewswire.com/media/2380937/5610767/RSPO_Trademark_Logo_transparent_png_Logo.jpg
SOURCE Roundtable On Sustainable Palm Oil
Bagikan artikel ini